
Pendidikan bukan tugas guru semata. Ia adalah hasil dari kerja bersama—orang tua yang sabar menemani anaknya belajar, petani yang mengajarkan nilai kerja keras, mahasiswa yang mengajar sukarela di desa, bahkan tukang ojek yang dengan sabar mengantar anak-anak ke sekolah. Semua ambil bagian, semua punya peran.
Namun, partisipasi tak akan berarti tanpa keadilan. Karena masih ada anak-anak yang harus menyeberangi sungai demi sampai di kelas. Masih ada sekolah yang kekurangan guru, dan guru yang kekurangan pengakuan. Maka bicara tentang pendidikan bermutu untuk semua bukan sekadar soal fasilitas atau kurikulum, tapi soal keberpihakan—pada yang tertinggal, yang terpinggirkan, yang hampir putus asa.
Pendidikan yang bermutu adalah yang membentuk karakter, bukan hanya nilai. Yang membuka ruang untuk bertanya, bukan hanya menyuruh menghafal. Yang melihat anak sebagai individu, bukan angka statistik. Dan itu hanya bisa tercapai jika semua pihak bersedia turun tangan—bukan hanya mengkritik dari kejauhan.
Di tengah gempuran teknologi, tantangan global, dan ketimpangan sosial, pendidikan menjadi jangkar yang menyatukan kita. Karena lewat pendidikan, kita membentuk masa depan: bukan hanya untuk generasi mendatang, tetapi juga untuk bangsa yang lebih adil, inklusif, dan manusiawi.
Hari ini, mari kita rayakan bukan hanya dengan upacara atau seremonial, tapi dengan komitmen baru: bahwa siapa pun kita, di mana pun kita berada, kita bisa berkontribusi. Sebab ketika semesta ikut serta, pendidikan tak lagi jadi impian, melainkan kenyataan.
Selamat Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2025.
Untuk semua guru, semua anak, semua warga—terima kasih telah menjaga nyala api pendidikan.